Hai semua, pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang sila ke-2 dalam Pancasila. Sila ke-2 ini berbunyi "Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab" yang dilambangkan dengan simbol "Rantai Emas".
Lambang sila ke-2 dalam Pancasila |
Sila
ke-2 Pancasila ini mengandung makna warga Negara Indonesia mengakui adanya
manusia yang bermartabat (bermartabat adalah manusia yang memiliki kedudukan,
dan derajat yang lebih tiinggi dan harus dipertahankan dengan kehidupan yang
layak), memperlakukan manusia secara adil dan beradab di mana manusia memiliki
daya cipta, rasa, karsa, niat dan keinginan sehingga jelas adanya perbedaan
antara manusia dan hewan.
Jadi, sila kedua ini menghendaki
warga Negara untuk menghormati kedudukan setiap manusia dengan kelebihan dan
kekurangan masing-masing, setiap manusia berhak mempunyai kehidupan yang layak
dan bertindak jujur serta menggunakan norma sopan santun dalam pergaulan sesama
manusia. Butir-butir sila ke-dua adalah sebagai berikut :
1. Mengakui
persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antar sesama manusia.
2. Saling mencintai sesama
manusia.
3.
Mengembangkan sikap tenggang rasa.
4.
Tidak bersikap semena-mena terhadap orang lain.
5.
Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
6.
Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
7.
Berani membela kebenaran dan keadilan.
8.
Merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu perlu
mengembangkan sikap saling menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.
Makna
dari sila ini diharapkan dapat mendorong seseorang untuk senantiasa menghormati
harkat dan martabat orang lain sebagai pribadi dan anggota masyarakat. Dengan
sikap ini diharapkan dapat menyadarkan bahwa dirinya merupakan makhluk sosial
yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Atas dasar sikap perikemanusiaan
ini.
Namun, masih saja ada sebuah ketidak adilan yang terjadi di lingkungan kita. Saya ambil contoh yang terjadi di hari ini ketika saya menulis blog ini. Ketika itu, saya dan teman saya sedang berjalan menuju kost teman kami. Secara tidak sengaja kami melewati seorang ibu yang sedang duduk membawa tumpukan sampah. Lalu, saya dan teman saya berinisiatif untuk membeli sebungkus makanan untuk beliau. Beruntungnya kami masih sempat untuk menemui beliau di tempat yang sama. Lalu kami langusng menghampiri beliau meskipun pertama-tama kami malu namun kami memberanikan diri untuk menghampiri beliau. Pertama, kami menyalami beliau dan menanyakan identitas beliau. Nama beliau adalah Mirna dan beliau berumur 49 tahun dan telah bekerja selama 10 tahun mengumpulkan sampah-sampah, kegiatan ini dilakukan beliau setiap harinya untuk bertahan hidup meskipun penghasilan yang didapatinya tidaklah banyak. Beliau dulu juga pernah menjadi pembantu rumah tangga selama 6 tahun, namun beliau tidak hanya bekerja pada satu rumah tangga melainkan berpindah-pindah. Beliau bercerita kalau beliau pernah berkerja dengan pemilik rumah yang tidak baik, disitu beliau berkerja selama 2 tahun dan hampir setiap harinya beliau di maki-maki ketika pekerjaanya agak lama terselesaikan karena tugas yang dibebankan kepadanya sangatlah banyak, mulai dari mengurus dapur, kebersihan rumah, dan mengurus taman. Seluruh pekerjaan itu haruslah beliau kerjakan sendirian, tidak jarang beliau mendapat hinaan dan makian dari pemilik rumah dan keluarga. Hinaan-hinaan dan makian yang dilontarkan sering kali menyakiti hati namun beliau tetap sabar karena beliau tidak punya pilihan saat itu. Terlebih lagi, gaji yang beliau dapatkan tidaklah sesuai dengan apa yang beliau kerjakan. Setelah 2 tahun dilewati, akhirnya beliau memberanikan diri untuk keluar dari situ dengan alasan yang sebenarnya tidak baik, yaitu dengan berbohong kalau saudaranya sedang sakit sehingga beliau harus pulang dan menjaga saudaranya tersebut padahal beliau tidak mempunyai saudara yang sedang sakit. Dan dengan terpaksa pihak pemilik rumah melepaskan beliau, namun tetap saja tidak diberikan gaji atau bekal/pesangon untuk pulang kampung. Setelah keluar dari tempat itu, beliau tidak punya pekerjaan sehingga memaksa beliau untuk menjadi pemungut sampah untuk bertahan hidup. Meskipun terbilang lebih kecil yang didapatkan olehnya sekarang melainkan penghasilan dari pekerjaannya menjadi pembantu rumah tangga tetaapi beliau bersyukur karena tidak direndahkan seperti itu. Dan mendengar cerita tersebut membuat saya dan teman saya tersentuh hatinya. dan saya sempat mengambil foto bersama beliau, berikut fotonya :
Disini saya mendapat pelajaran bahwa, masih banyak sekali orang di sekitar kita yang mendapat perlakuan tidak adil akan sesamanya, padahal kita ini adalah saudara yang berbangsa satu yaitu Indonesia. Oleh sebab itu, marilah saudara-saudara untuk menghargai sesama kita. Karena jika kita ingin dihargai maka kita harus menghargai orang lain. Janganlah sombong sebab diatas langit masih ada langit.
Jagalah Indonesia ini karena Indonesia
Bergantung pada Kita karena
Kitalah masa depan Indonesia.
Komentar
Posting Komentar